PEREKONOMIAN INDONESIA #
JOE MARLEN MANUPASSA
1-EB01
UNIVERSITAS GUNADARMA
SEJARAH PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DI INDONESIA
Menurut
Dumairy, Ahli ekonomi yang satu ini menyatakan pendapatnya bahwa
perekonomian merupakan suatu bentuk sistem yang berfungsi untuk mengatur serta
menjalin kerjasama dalam bidang ekonomi, dilakukan melalui hubungan
antarmanusia dan kelembagaan. Dumairy menambahkan pendapatnya lagi bahwa
perekonomian yang terjadi pada suatu tatanan kehidupan tidak harus berdiri
tunggal, melainkan harus berdasarkan falsafah, ideologi, serta tradisi
masyarakat yang berkembang seara turun-temurun disuatu tempat.
Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)
Inflasi yang
sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata uang secara
tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah RI
menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah
Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang. Kemudian pada tanggal 6 Maret 1946, Panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies/pasukan sekutu)
mengumumkan berlakunya uang NICA di
daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI juga mengeluarkan uang kertas baru,
yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia)
sebagai pengganti uang Jepang. Berdasarkan teori
moneter, banyaknya jumlah uang yang beredar mempengaruhi kenaikan
tingkat harga.Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu
perdagangan luar negri RI. Kas negara kosong. Eksploitasi besar-besaran di masa
penjajahan.
Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
Masa ini disebut
masa liberal, karena dalam politik maupun sistem ekonominya menggunakan
prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan pada pasar sesuai teori-teori
mazhab klasik yang menyatakan laissez
faire laissez passer. Padahal pengusaha pribumi masih lemah dan belum bisa
bersaing dengan pengusaha nonpribumi, terutama pengusaha Cina. Pada akhirnya
sistem ini hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia yang baru merdeka.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara lain;
a. Gunting
Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret 1950, untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun.
b. Program
Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menunbuhkan wiraswastawan pribumi dan
mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan impor asing
dengan membatasi impor barang tertentu dan memberikan lisensi impornya hanya
pada importir pribumi serta memberikan kredit pada perusahaan-perusahaan
pribumi agar nantinya dapat berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional.
Namun usaha ini gagal, karena sifat pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif
dan tak bisa bersaing dengan pengusaha non-pribumi.
c. Nasionalisasi
De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951 lewat UU no.24 th
1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.
d. Sistem
ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak
Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama antara pengusaha cina dan
pengusaha pribumi. Pengusaha non-pribumi diwajibkan memberikan latihan-latihan
pada pengusaha pribumi, dan pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi
usaha-usaha swasta nasional. Program ini tidak berjalan dengan baik, karena
pengusaha pribumi kurang berpengalaman, sehingga hanya dijadikan alat untuk
mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah.
e. Pembatalan
sepihak atas hasil-hasil KMB, termasuk pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
Akibatnya banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya sedangkan
pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa mengambil alih perusahaan-perusahaan
tersebut.
Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)
Sebagai akibat
dari dekrit presiden 5 Juli 1959,
maka Indonesia menjalankan sistem demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi
Indonesia menjurus pada sistem etatisme (segala-galanya diatur oleh
pemerintah). Dengan sistem ini, diharapkan akan membawa pada kemakmuran bersama
dan persamaan dalam sosial, politik,dan ekonomi (Mazhab Sosialisme). Akan tetapi, kebijakan-kebijakan ekonomi yang
diambil pemerintah di masa ini belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi
Indonesia, antara lain :
a) Devaluasi yang diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan nilai uang
sebagai berikut :Uang kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp 50, uang kertas pecahan
Rp 1000 menjadi Rp 100, dan semua simpanan di bank yang melebihi 25.000
dibekukan.
b) Pembentukan
Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai
tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya
justru mengakibatkan stagnasi bagi perekonomian Indonesia. Bahkan pada
1961-1962 harga barang-baranga naik 400%.
c) Devaluasi
yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan
uang senilai Rp 1000 menjadi Rp 1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai
1000 kali lipat uang rupiah lama, tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya
dihargai 10 kali lipat lebih tinggi. Maka tindakan pemerintah untuk menekan
angka inflasi ini malah meningkatkan angka inflasi. Kegagalan-kegagalan dalam
berbagai tindakan moneter itu diperparah karena pemerintah tidak menghemat
pengeluaran-pengeluarannya. Pada masa ini banyak proyek-proyek mercusuar yang
dilaksanakan pemerintah, dan juga sebagai akibat politik konfrontasi dengan
Malaysia dan negara-negara Barat. Sekali lagi, ini juga salahsatu konsekuensi
dari pilihan menggunakan sistem demokrasi terpimpin yang bisa diartikan bahwa
Indonesia berkiblat ke Timur (sosialis) baik dalam politik, eonomi, maupun
bidang-bidang lain.
ORDE BARU
Pada awal orde
baru, stabilisasi ekonomi dan stabilisasi politik menjadi prioritas utama.
Program pemerintah berorientasi pada usaha pengendalian inflasi, penyelamatan
keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Pengendalian inflasi
mutlak dibutuhkan, karena pada awal 1966 tingkat inflasi kurang lebih 650 % per
tahun. Setelah melihat pengalaman masa lalu, dimana dalam sistem ekonomi
liberal ternyata pengusaha pribumi kalah bersaing dengan pengusaha nonpribumi dan
sistem etatisme tidak memperbaiki keadaan, maka dipilihlah sistem ekonomi
campuran dalam kerangka sistem ekonomi demokrasi pancasila. Ini merupakan
praktek dari salahsatu teori Keynes tentang campur tangan pemerintah dalam
perekonomian secara terbatas. Jadi, dalam kondisi-kondisi dan masalah-masalah
tertentu, pasar tidak dibiarkan menentukan sendiri. Misalnya dalam penentuan
UMR dan perluasan kesempatan kerja. Ini adalah awal era Keynes di Indonesia.
Kebijakan-kebijakan pemerintah mulai berkiblat pada teori-teori Keynesian.
Kebijakan
ekonominya diarahkan pada pembangunan di segala bidang, tercermin dalam 8 jalur
pemerataan : kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan, pembagian pendapatan,
kesempatan kerja, kesempatan berusaha, partisipasi wanita dan generasi muda,
penyebaran pembangunan, dan peradilan. Semua itu dilakukan dengan
pelaksanaan pola umum pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) secara periodik
lima tahunan yang disebut Pelita (Pembangunan lima tahun).Hasilnya, pada tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada
beras, penurunan angka kemiskinan, perbaikan indikator kesejahteraan
rakyat seperti angka partisipasi pendidikan dan penurunan angka kematian bayi,
dan industrialisasi yang meningkat pesat. Pemerintah juga berhasil menggalakkan
preventive
checks untuk menekan jumlah kelahiran lewat KB dan pengaturan usia
minimum orang yang akan menikah.
Namun dampak
negatifnya adalah kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan sumber-sumber
daya alam, perbedaan ekonomi antar daerah, antar golongan pekerjaan dan antar
kelompok dalam masyarakat terasa semakin tajam, serta penumpukan utang luar
negeri. Disamping itu, pembangunan menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang
sarat korupsi, kolusi dan nepotisme. Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan
ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang adil.
Sehingga meskipun berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tapi secara
fundamental pembangunan nasional sangat rapuh. Akibatnya, ketika terjadi krisis
yang merupakan imbas dari ekonomi global, Indonesia merasakan dampak yang
paling buruk. Harga-harga meningkat secara drastis, nilai tukar rupiah melemah dengan cepat, dan menimbulkan berbagai kekacauan di segala bidang, terutama
ekonomi.
1. Rencana
lima tahun pertama
a. Disusun
oleh perancang negara yang kemudian merupakan rencana ekonomi pemerintah saat
itu.
b. Pada
saat itu situasi makin tidak menentu sebagai akibat perasaan anti belanda yang
kian meningkat dalam dalam persoalan irian barat yang berkelanjutan dengan
pengambil alihan perusahaan-perusahaan belanda.
2. REPELITA
a. REPELITA
di susun oleh bapenas dengan mengikut sertakan seluruh lapisan masyarakat
melalui diskusi-diskusi.
b. REPELITA
yang merupakan suatu rencana indikatif yang meliputi jangka waktu lima tahun,
diterjermahkan secara lebih lengkap dan terperinci dalam rencana tahunan.
c. Rencana
tahunan tersebut dirumuskan secara terperinci sampai tingkat proyek-proyek
berdasarkan prioritas sektoral, dengan sasaran biaya yang jelas yang tercermin
dalam APBN.
d. REPELITA
adalah penjabaran dari GHBN yang ditetapkan sendiri oleh rakyat melalui DPR.
ORDE REFORMASI
Pemerintahan
presiden BJ.Habibie yang mengawali masa reformasi belum melakukan
manuver-manuver yang cukup tajam dalam bidang ekonomi. Kebijakan-kebijakannya
diutamakan untuk mengendalikan stabilitas politik. Pada masa kepemimpinan
presiden Abdurrahman Wahid pun, belum ada tindakan yang cukup berarti untuk
menyelamatkan negara dari keterpurukan. Padahal, ada berbagai persoalan ekonomi
yang diwariskan orde baru harus dihadapi, antara lain masalah KKN (Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme), pemulihan ekonomi, kinerja BUMN, pengendalian inflasi,
dan mempertahankan kurs rupiah. Malah presiden terlibat skandal Bruneigate yang
menjatuhkan kredibilitasnya di mata masyarakat. Akibatnya, kedudukannya
digantikan oleh presiden Megawati.
Periodisasi
Perekonomian Indonesia
1. 1945 – 1952 : Ekonomi perang dan gerilya. Ditandai dengan
kebijakan penghapusan aset-aset ekonomi negara untuk menghindari penggunaan
oleh penjajah.
2. 1952 – 1959 : Pembangunan ekonomi nasional,
ditandai dengan langkah-langkah konsolidasi ekonomi negara dengan nasionalisasi
perusahaan-prusahaan asing.
3. 1959 – 1966 : Ekonomi terpimpin, di tandai dengan
kebijakan negara yangt lebih berorientasi pd target-target politik jangka
pendek dari pada orientasi pembangunan ekonomi. Politik menjadi panglima.
4. 1966 – 1973 : Ekonomi Demokrasi , ditandai dengan
perubahan orientasi kebijakan negara yang lebih menekankan pada
pembangunan ekonomi, ekonomi menjadi panglima.
5. 1973 – 1980 : Ekonomi Bonansa Minyak (Oil Boom), ditandai
dengan pertubuhan ekonomi yang cukup pesat dan pemerataan hasil pembangunan dan
melimphanya pendapatan devisa dari komoditas migas, industri subtitusi
impor. Indonesia menjadi negara industri baru Asia.
6. 1980 – 1987 : Ekonomi Pasca Bonansa Minyak, meredupnya
peranan migas dan lebih berorientasi pada aspek keadilan sosial dan pemerataan.
Masa keperihatinan.
7. 1987 – 1996 : Ekonomi Kerakyatan, adanya kesadaran
akan pentingnya membangun unit-unit UKM & sektor informal,
besarnya hutang luar negeri.
8. 1996 – 2003 : Ekonomi Liberal, adanya kebijakan reformasi
di berbagai sektor ekonomi dan pelayanan publik, liberalisasi
perdagangan, komersialisasi sektor-sektor publik dan privatisasi BUMN.
9. 2003 – Sekarang : Ekonomi Desentralisasi, adanya
kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah & pembagian keuangan pusat dan
daerah secara proporsional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar